Waspadai Obesitas Dan Bagaimana Mengatasinya?

Menurut arti katanya, obesitas merupakan kondisi dimana terjadi penumpukan lemak berlebih di dalam tubuh. Penyakit ini juga bisa diartikan sebagai kondisi kegemukan yang berlebihan. Beberapa waktu yang lalu, ramai dibicarakan tentang seorang ibu yang mengalaminya. Sebelumnya, kasus seorang satpam perusahaan catering dan seorang siswa SD juga menjadi pembicaraan.

Obesitas
Sumber Gambar: pixabay.com
Salah satu acuan untuk menentukan kondisi kegemukan individu, dapat digunakan satuan Indeks Massa Tubuh (IMT). Untuk menentukan IMT, digunakan rumus:



Dimana BB adalah Berat Badan dalam ukuran Kilogram (kg), dibagi Tinggi Badan (TB) dalam Meter (m) yang dikuadratkan.

Skala status gizi untuk orang Asia – Pasifik adalah sebagai berikut.

KLASIFIKASI IMT (kg/m2)
Under-Weight < 18,5
NORMAL 18,5 – 22,9 
Over-Weight 23 – 24,9
Obesitas I 25 – 29,9
Obesitas II≥ 30

Jadi, jika berat badan Anda 55 kg dengan tinggi badan 1,55 meter, maka IMT Anda sebesar 22,89. Ini artinya status gizi Anda masih tergolong normal. Namun bila berat Anda naik menjadi 65 kg, maka IMT menjadi 27,1. Pada saat itu, Anda telah memasuki status Obesitas I. Jadi, berdasarkan IMT, seseorang disebut mengalami kegemukan berlebih bila IMTnya telah melewati angka 25. Tidak peduli tinggi badan, seseorang bisa saja mengalami kelebihan berat badan.

Mengapa Bisa Terjadi?

Obesitas bisa terjadi karena berbagai penyebab. Berikut ini beberapa di antaranya:

1. Pola Makan Yang Kurang Sehat

Sebagian penderita berawal dari pola makan yang kurang sehat. Saat ini, sangat mudah ditemui makanan instan, makanan cepat saji berupa gorengan, hingga makanan dan minuman dalam kemasan yang kadar gulanya tinggi. Tidak salah mengkonsumsi makanan dan minuman semacam itu, tetapi menjadi tidak benar bila konsumsi dilakukan dengan frekuensi sangat sering. Misalnya dalam satu hari selalu ada menu gorengan dan minuman manis.

Makanan seperti itu mengakibatkan kadar lemak dan gula dalam tubuh meningkat. Bila tidak diimbangi dengan jenis makanan lain yang lebih sehat dan olahraga yang cukup, lemak bisa menumpuk yang pada akhirnya meningkatkan IMT.

Selain itu, di masyarakat juga ada kebiasaan makan nasi dengan komposisi jauh lebih besar dari pada sayuran dan makanan lainnya. Tujuan dari pola makan seperti ini adalah untuk mencapai tujuan perut kenyang. Padahal, terlalu banyak mengkonsumsi karbohidrat tanpa diimbangi pembakaran energi yang tinggi akan memicu penumpukan lemak.

2. Gaya Hidup

Manusia modern hidup dengan tuntutan kerja yang tinggi dan situasi keseharian yang serba padat. Hal ini mengakibatkan sebagian besar orang menghabiskan waktu panjang di tempat kerja.

Munculnya berbagai aplikasi marketplace sangat memudahkan manusia modern. Untuk memenuhi kebutuhan makanan, orang cukup membuka HP, memesan, melakukan pembayaran secara online, dan produk akan dikirim melalui kurir. Jadi pemesan tidak perlu beranjak dari tempatnya. Kebiasaan semacam ini membuat manusia modern kurang sehat, karena mereka kurang bergerak. Dipadukan dengan jenis pesanan makanan yang tinggi lemak, jumlah lemak akan terus menumpuk dalam tubuh sehingga IMT terus meningkat.


3. Pengobatan

Obat-obatan tertentu dapat meningkatkan nafsu makan dan memengaruhi metabolisme tubuh. Akibatnya dengan menjalani pengobatan dengan obat ini, berat badan naik, berikut IMT.

4. Genetik

Faktor genetik dalam keluarga menjadi faktor yang memperbesar peluang seseorang begitu mudah menyerap lemak yang kemudian menumpuk dalam tubuh. Faktor genetic tidak dapatdiperbaiki, sehingga yang bisa dilakukan oleh seseorang yang keluarga besarnya banyak yang menderita kegemukan adalah dengan mengatur pola makan dan gaya hidupnya harus sehat.

5. Kondisi Mental

Sebagian orang menggunakan makan sebagai pelampiasan stress. Semakin stress, ia semakin banyak makan. Dalam kondisi tersebut, ia tidak lagi memerhatikan jenis makanan yang dimakan. Sebab yang diperlukan adalah proses pelampiasannya. Sebagian diantaranya berusaha mengeluarkan kembali makanan yang sudah dimakannya dengan memancing agar muntah. Namun sebagian yang lain membiarkannya saja. Baik yang berusaha mengeluarkan maupun yang dibiarkan tetaplah pola melampiaskan stress seperti ini tidak sehat.

Berbagai faktor di atas menunjukkan bahwa siapa saja, kapan saja, dan dimanapun lokasi tinggalnya bisa mengalami obesitas. Penyakit ini biasanya diikuti dengan berbagai penyakit lain, misalnya diabetes, sesak nafas, dan masalah tulang. Berbagai penyakit pengikut ini menjadikannya perlu dihindari.

Bagaimana cara menghindari? Di pasaran, tersedia obat-obatan yang dipercaya mampu mengatasinya. Ada yang dikatakan mampu melunturkan lemak, ada yang sifatnya sebagai detoksifikasi, bahkan ada yang berfungsi untuk mengurangi nafsu makan. Penggunaan obat-obatan ini sebaiknya dikonsultasikan dahulu dengan dokter.

Obesitas
Sumber Foto: Pixabay.com
Cara yang lain adalah dengan pengaturan pola makan atau biasa disebut diet. Saat ini telah terbukti banyak program diet yang membuat pelaku diet berhasil meraih target pengaturan berat badan, tanpa menderita karena lapar. Diet semacam ini membutuhkan motivasi dan kedisiplinan tinggi, namun hasilnya tampak.

Masalah sebagian besar orang yang berdiet adalah belum mantapnya motivasi dari dalam diri sehingga tidak tahan terhadap godaan. Selain itu, peserta mudah memaafkan diri sendiri ketika melakukan pelanggaran pola diet. Sekali dilakukan dan efeknya kecil terhadap berat badan, maka perilaku seperti ini akan semakin sering terjadi. Pada akhirnya, tidak terjadi perubahan berat badan seperti yang diharapkan.

Pada penderita kelebihan berat badan, seringkali mereka merasakan perubahan fisik yang cukup drastis saat baru memulai diet. Umumnya, gejala yang dirasakan adalah lemas dan sulit berkonsentrasi. Dengan alasan gejala tersebut mengganggu aktivitas, tak jarang peserta diet menggagalkan programnya.

Lebih bijaksana jika pasien obesitas menggali motivasi dan masalah dalam dirinya dahulu. Jika pemicu pola makan tidak sehat adalah stress dan ketidaksanggupan menyelesaikan masalah, maka yang perlu diselesaikan terlebih dahulu adalah hal-hal yang menjadi penyebab stress dan masalah tersebut. Setelah memiliki pola pikir yang sehat dan kepercayaan diri yang baik, peserta akan lebih siap mengikuti program.

Pasien yang memiliki gaya hidup tidak sehat dapat diajak untuk menelaah gaya hidupnya terlebih dahulu. Setelah menyadari dampak dari gaya hidupnya, pasien dapat diarahkan untuk program sesuai kemampuan dan targetnya.

Pasien yang berhubungan dengan genetik diajak untuk bersyukur dengan karunia Tuhan padanya. Pasien yang benci dengan dirinya sendiri dapat saja memilih untuk tidak melakukan perbaikan apapun.

Beberapa tingkatan obesitas diikuti dengan berbagai penyakit lain, seperti jantung, diabetes, dan lainnya. Untuk pasien jenis ini, sebaiknya melakukan pengobatan dengan mengikuti petunjuk dan dalam pengawasan dokter. Dokter akan memeriksa kondisi pasien, menentukan jenis dan dosis obat yang tepat, serta penanganan lain yang mungkin diperlukan pasien. Namun, apapun metode yang disarankan dokter, kedisiplinan pasien tetap harus dipertahankan. Konsisten mengikuti saran dokter dan bersabar menunggu hasilnya, akan menghasilkan dampak yang berbeda bila dibandingkan dengan pasien yang tidak sabar menanti dan buru-buru berganti dokter.

Obesitas menjadi masalah dan ancaman bagi banyak orang. Kesadaran untuk memiliki pola hidup dan pola makan yang lebih sehat dapat menjadi jalan awal untuk menjaga agar tidak mengalami obesitas.

Referensi:
majalah Al Falah, edisi Januari 2019 




Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel