Rabun Jauh Dan Cara Mencegahnya

Ketika seorang siswa tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik, sering mengucek-ngucek mata, sering memicingkan mata saat melihat benda jauh, atau sepertinya tidak menyadari adanya benda bila benda itu jauh, merupakan hal yang patut dicurigai sebagai anak penderita rabun jauh. Gangguan ini dalam jangka panjang menyebabkan anak tidak dapat melihat tulisan di papan tulis, sehingga ia tidak bisa memahami pelajaran dengan baik. Jika anak dengan gejala ini tidak segera mendapatkan bantuan, ia akan mengalami kegagalan proses belajar. Artikel ini akan membahas seluk beluk rabun jauh dan cara mencegahnya. Selamat membaca.

Apakah Rabun Jauh Itu?

Rabun jauh disebut juga miopi atau mata minus. Ini adalah sebutan untuk kondisi seseorang yang tidak dapat melihat dengan jelas benda-benda yang berada pada jarak jauh. Sebaliknya, penderita dapat melihat benda berjarak dekat dengan baik.

Pada pelajar, kondisi mata seperti ini dapat menyebabkan prestasi mereka rendah. Pada pengendara kendaraan bermotor, ketidakmampuan melihat rambu atau kendaraan lain dapat membahayakan diri dan pengguna lalu lintas lainnya. Oleh karena itu, miopi harus mendapatkan penanganan yang tepat sesegera mungkin. Semakin dini ditangani, miopi dapat dicegah dari kondisi yang lebih parah.

Miopi dapat dialami oleh manusia berbagai usia. Tetapi seringkali gejala ini mulai muncul pada anak usia sekolah dan remaja. Gejala-gejala yang mungkin dirasakan penderita, antara lain:

  1. Mata lelah karena dipaksa bekerja berlebihan
  2. Sakit kepala
  3. Sering mengedipkan mata
  4. Sering memicingkan mata saat berusaha melihat benda jauh
  5. Sering mengucek-ngucek mata
  6. Nampak tidak menyadari adanya benda-benda yang jauh

Miopi dapat menjadi semakin parah dari waktu ke waktu. Terlebih jika kebiasaan-kebiasaan dan faktor-faktor pemicunya tidak dikurangi dan kurang mengkonsumsi makanan dan obat yang membantu mengurangi gejalanya. Pada orang dewasa, umumnya kondisi rabun sudah stabil. Tetapi pada manula, seringkali kesehatan mata berkurang, sehingga selain mengalami rabun jauh, juga mengalami rabun dekat.

Pada dasarnya, miopi merupakan kondisi bola mata yang mana cahaya yang masuk ke mata tidak jatuh tepat pada retina. Kondisi ini disebabkan oleh bola mata yang berbentuk lebih panjang daripada bola mata normal. Miopi juga bisa dikarenakan ketidak normalan pada kornea dan lensa mata. Beberapa faktor yang diduga meningkatkan faktor seseorang terkena miopi antara lain sebagai berikut.


  1. Faktor genetik. Orang tua yang mengalami miopi kemungkinan besar akan melahirkan anak-anak yang juga beresiko mengalaminya. Oleh karena itu, anak-anak dengan keluarga sedemikian harus mengetahui dan melakukan tindakan-tindakan pencegahan.
  2. Kekurangan vitamin d dan kurang sinar matahari. Kondisi kekurangan vitamin D dapat muncul dari kurangnya konsumsi makanan sumber vitamin D, maupun karena kurang mendapat sinar matahari. Kondisi ini dapat menjadi pemicu munculnya gejala rabun jauh.
  3. Kebiasaan membaca di tempat dengan pencahayaan kurang dan pada jarak dekat. Kebiasaan ini sering dilakukan anak-anak dan remaja. Mereka membaca dan belajar pada ruangan yang pencahayaannya kurang. Selain itu, sebagian dari mereka terbiasa membaca pada jarak yang dekat. Normalnya, orang membaca pada jarak sekitar 25 cm dari obyek. Bila terbiasa membaca pada jarak yang kurang dari itu, mata akan terkondisikan untuk menyesuaikan diri. Akibatnya, bola mata memanjang sehingga muncul gejala miopi. 
  4. Kebiasaan menonton dengan jarak dekat. Kebiasaan menonton televisi pada jarak dekat juga dapat mengakibatkan bola mata mengalami perubahan. Jarak normal menonton televisi adalah pada jarak sekitar 2,5 m. Seringkali anak-anak begitu tertarik dengan obyek, sehingga mereka mendekat agar bisa menyentuh obyek dan melihat lebih dekat. Kebiasaan ini dapat memicu rabun jauh. 

Bagaimana Mengetahui Telah Terkena Miopi?

Saat gejala-gejala yang disebutkan pada bagian awal tulisan ini muncul, hubungi dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan kondisi pasien. Prosedur standar yang dilakukan adalah penggunaan diagram huruf dan angka. Alat ini disebut Snellen chart. Diagram terdiri dari susunan huruf dan angka mulai ukuran besar hingga ukuran kecil. Pasien diminta membaca huruf dan angka tersebut dari jarak 6 meter. Berdasarkan tes ini, dokter bisa mengetahui ketajaman penglihatan pasien.

Langkah berikutnya, pasien diminta membaca kembali, namun dengan dibantu lensa minus. Untuk mengetahui lensa yang tepat, lensa diletakkan pada refraktor. Lensa diganti-ganti, hingga menemukan lensa yang paling membantu pasien melihat dengan jelas. Bisa jadi antara mata kanan dan kiri membutuhkan lensa yang berbeda. Misalnya mata kanan minus 1, tetapi mata kiri hanya minus ¾. Meskipun berbeda, bila pasien memilih menggunakan kacamata, kedua ukuran lensa tetap dapat dipasang pada kacamata yang sama.

Selain pemeriksaan tersebut, mungkin dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, antara lain:

  1. Pemeriksaan pupil untuk memastikan respon pupil terhadap cahaya. Dokter akan menggunakan senter atau lampu khusus untuk keperluan ini.
  2. Pemeriksaan gerak mata untuk mengetahui apakah mata pasien bergerak dengan selaras.
  3. Pemeriksaan penglihatan samping untuk memastikan kemampuan pasien.
  4. Pemeriksaan retina dan saraf mata, untuk memastikan adanya kerusakan pada kedua bagian mata tersebut.
  5. Pemeriksaan bagian depan bola mata, untuk memastikan apakah ada luka atau katarak.
  6. Pemeriksaan tekanan bola mata. Peningkatan tekanan bola mata merupakan gejala glaukoma.

 Setelah berbagai pemeriksaan tersebut, penderita dapat disarankan untuk menggunakan kacamata, lensa kontak, ataupun menjalani operasi dengan sinar laser (LASIK). Penggunaan kacamata merupakan salah satu cara yang terjangkau dan mudah. Namun sebagian orang merasa penggunaan kacamata mengganggu aktivitas dan penampilan mereka. Pilihan kedua bisa dijatuhkan pada lensa kontak. Namun, pengguna lensa kontak harus berhati-hati agar lensa tidak terkontaminasi dengan pengotor ataupun tergores, sehingga terhindar dari infeksi mata. Selain itu, lensa kontak sebaiknya dilepas sebelum tidur dan saat tidak digunakan disimpan di tempat yang aman. Perawatan lensa kontak harus baik.

Operasi dengan sinar laser dilakukan untuk mengatur lengkungan kornea. Selain cepat, sebagian besar pasien yang menjalani operasi langsung dapat merasakan hasilnya. Tetapi, operasi ini tidak disarankan untuk penderita yang usianya masih di bawah 21 tahun. Manusia dengan usia ini masih memiliki harapan matanya mengalami perkembangan. Selain ketiga cara di atas, terdapat alternatif keempat yaitu penggunaan tetes mata atropin agar miopi tidak bertambah parah. Tetapi penggunaannya harus dengan resep dokter.

Rabun Jauh
sumber gambar: pixabay.com

Bagaimana Mencegah Rabun Jauh?

Meskipun banyak dialami manusia, rabun jauh dapat dicegah dengan beberapa langkah mudah:
  1. Lakukan pemeriksaan mata secara rutin.
  2. Gunakan kacamata atau lensa kontak yang sesuai dengan kondisi mata.
  3. Beristirahat secara teratur, terutama saat menggunakan komputer atau alat berlayar lain.
  4. Banyak mengonsumsi buah dan sayuran yang mengandung vitamin A dan D.
  5. Pemeriksaan kesehatan rutin, terutama mereka yang beresiko diabetes dan hipertensi.

Rabun jauh banyak dialami manusia. Tindakan pencegahan dapat dilakukan sejak usia dini, agar saat dewasa tidak mengalami gangguan penglihatan dan dapat melakukan aktivitas dengan normal. Ingat pula untuk secara rutin memeriksakan diri dan terus berkunjung ke website kesehatan untuk mendapatkan informasi kesehatan mutakhir.


Referensi:
https://www.alodokter.com/rabun-jauh

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel